Jawaban Surat Cintaku
“Yuk!” ucapku sambil tersenyum. Kuterima ajakan Vara ke
kantin. Kami melangkah keluar kelas menuju kantin yang berjarak 3
kelas dari kelas XII Bahasa.
Kantin selalu ramai di jam istirahat pertama. Vara bergegas
ke kantin paling barat, memesan siomay favoritnya. Dan aku
menunggunya. Di sana-sini kulihat anak-anak berdesakan memesan
makanan, minuman, mencari tempat duduk untuk makan, dan yang
pasti…berdesakan. Sebenarnya aku paling nggak suka keramaian
seperti ini. Tapi aku merasa lega, senang, dan…nggak tahu apa
namanya setelah mataku menangkap sosok laki-laki yang hampir tiap
hari makan siomay di sini. Ssstt…Dia Nico, adik kelasku.
“Eh, Kay!” Vara memanggilku. Dia sudah menggenggam sebungkus
siomay yang akan dimakan di kelas. “Kayaknya dia lagi SMS-an ma
cewek, deh… Liat tuh!” Mata Vara tertuju pada Nico yang duduk agak
jauh dariku. Nico memang kelihatan asyik menekan-nekan tuts-tuts
ponselnya.
“Ke kelas, yuk! Daripada kamu…” Vara tak melanjutkan ucapanya. Bisa kutebak, dia pasti mau bilang ‘jealous’.
*****
Pukul 11.35. lima menit yang lalu bel istirahat kedua
berbunyi. Aku bergegas ke ruang guru sendirian. Tak lama aku
celingukan mencari Bu Novia setelah kutahu beliau sedang melamun
di mejanya.
Langkahku terhenti di sebelah mejanya.
“Bu…” sapaku. Bu Novia memandangku agak lama.
“Kay, ada apa?” tanyanya.
“Boleh saya minta waktu sebentar?” tanyaku sedikit kaku. Bu Novia mengangguk.
Akhirnya aku dan guru Bahasa Inggrisku kelas XI kemarin itu
menemukan satu gazebo kosong di taman depan ruang guru.
Kuceritakan semua (isi otak apa sisi hati?) tentang kekagumanku
pada Nico selama setahun ini. Setahun, coy! Sejak pertama kulihat
Nico nge-band di pensi tahun lalu hingga kulihat di kantin
hari ini.
“…Jadi, kamu memendam semua itu selama setahun?” Bu Novia memasang muka shock. Sok dramatis, deh!
“Ho’o Bu…” jawabku datar. Guruku yang masih muda itu geleng-geleng kepala.
“Kamu akan kalah kalau tidak berterus terang…”
“Tapi saya takut, Bu…kalo misalnya Nico udah punya…”
“Pacar?” Bu Novia tertawa kecil. “Mengungkapkan perasaan bukan berarti meminta seseorang menjadi pacar kita, kan?”
Aku terdiam. Bener juga, sih!
*****
“Iiih...ngasih surat cinta ke adek kelas? Noraaak tau…” tolakku dengan muka masam.
“Lagian HP kamu rusak, kan…” rayu Vara.
“Aku malu…” ucapku.
Kata-kata Bu Novia kembali terngiang-ngiang di benakku.
Mengungkapkan perasaan bukan berarti meminta seseorang menjadi
pacar kita, kan? Atau mungkin setelah aku ungkapkan lewat surat
cinta, Nico bisa lebih dekat sama aku!
“Aku mau!” kataku mantap. Vara mengacungkan jempol.
*****
Kertas tipis warna ungu itu kulipat 3 kali hingga
muat ke dalam amplop putih. Kutulis FOR : NICO XI IPA 1 di bagian
depan. Kuserahkan amplop itu ke Vara.
“Nah..kalo amplopnya formal gini, nggak bakal ada yang ngira kalo isinya surat ciiintaaa…hihi,” goda Vara.
“Yakin?” tanyaku kembali ragu.
“Besok pas istirahat kita wajib cepet-cepet ke
kantin dan nitipin surat ini ke Bang Siomay! Pasti nyampek ke
Nico deh…” jelas Vara.
Awalnya aku ragu dengan ide gila Vara. Bisa aja
kan, surat itu terjatuh atau apalah … lalu ditemukan anak lain
di kantin! OMG…! Tapi aku percaya saja pada sohibku yang sudah 12
kali pacaran sejak SMP itu.
*****
Dua hari ini full happy! Pagi kemarin saat aku mampir ke
kantin, Bang Siomay bilang,”Surat itu sudah sampai ke tangan mas itu
kemarin!”
Ide Vara ternyata bukan ide gila. So? Sekarang aku tinggal menunggu balasan dari Nico atau…dia mau menemuiku? Hihi…
“Selamat yah!” Bu Novia tersenyum padaku.
“Cie..cie..ada peluang, nih…” goda Vara. Malu, tau!
“Eh, Nico ke sini!” bisik Vara di telingaku. What?!
Ngapain dia ke sini? Ruang guru gitu lho…dan dia berjalan ke arah kami!
“Mbak Kay!” panggilnya grogi. Secara...ada Bu Novia.
“Ya, kenapa?” tanyaku datar. Padahal di jantung ini dag-dig-dug.
“Kita bisa jadi teman baik kan?” tanya Nico padaku. Aku mengangguk pelan. Ya iyalah..berteman baik, abis itu jadian!
“Mutia juga nggak keberatan kalo kita berteman,” lanjut Nico.
“Mutia?” Aku bingung. Kutatap Bu Novia dan Vara bergantian. Mereka mengangkat bahu.
“Pacarku..” kata Nico sambil tersenyum. Dari balik
tubuhnya yang tinggi tegap, muncul seorang cewek berjilbab. Cantik
dan…gelap. Samar-samar kudengar suara orang-orang…
“Cepat bawa Kay ke UKS…cepat!!!”
sumpah gw keinget wktu tampang loe yg tapres hahaha tp cerpen ini ngecoba ngebuktiin klo dri loe pny ssuatu yg dpndam tp jg pngen dungkpkan LOL I love this story esp. the ending, the way ya wrapped it up!!
BalasHapussekarang gue udah kagak tapres lagi boy...
BalasHapusBagus dan lucu ceritanya.
BalasHapus