by : Khaeriya
Selasa,
25 Oktober 2011
Siang itu di ruang kelas XII IPS 2...
“Semua
udah dapat undangan ‘kan?”teriak Yofa di depan kelas.“Semua wajib datang nanti
sore, oke?!”
Seisi
kelas bersorak, kecuali Febri. Aku mengamati ekspresi datar ketua kelas kami
itu.
“Kamu
nyiapin kado apa di ulang tahunnya Yofa nanti, Feb?”tanya Sely yang duduk di
samping Febri. Febri hanya menggeleng.“Tau ah...”
Sely
tercekat, lalu menelan ludah.
***
Sabtu, 26 November 2011
Pagi
itu siswa-siswi kelas XII IPS 2 baru saja selesai olahraga. Tiba-tiba Lania
berdiri di depan kelas dan berseru,”Nanti sore datang tepat waktu yah! Sweet seventeen party-ku nggak akan
dimulai kalo tamuku belum lengkap!”
Beberapa
teman kompak mengiyakan. Kulihat Febri diam saja, tak menampakkan muka happy
seperti yang lain. Aku ingat, di ulang tahun Yofa sebulan kemarin ia tidak
datang.
***
Selasa,
27 Desember 2011
Malam ini si
wakil ketua kelas, Daniel, berulang tahun. Karena Daniel mengundang seluruh
siswa kelas XII di SMA kami, papa Daniel menyewakan ballroom mall..! Mewah sekali. Dekorasi pesta sweet seventeen Daniel begitu berkelas. Tapi dari sekian banyak
undangan yang hadir, tak tampak batang hidung Febri.
Heran! Kenapa setiap ada undangan
ulang tahun, Febri tidak pernah datang? Padahal itu acara teman sekelas
sendiri. Apakah tidak ada rasa sungkan
dalam hatinya? Entahlah.
***
Sabtu,
28 Januari 2012
Baby pink. Manis sekali warna undangan
ulang tahun Valeria. Semanis undangannya, Valeria mewajibkan warna pink untuk dresscode pestanya malam ini.
“Gila,
Val! Masa aku harus pake pink
juga?”protesku. Daniel dan Anton setuju dengan protesku.
“Plis
yah..ini sweet seventeen aku...”kata
Valeria manja.
“Yaaah...jadi
pinky boy deh...!”keluhku. Valeria
tertawa kecil.
“Tiap
bulan ada aja yang ulang tahun!”sahut Anton.
***
Pukul
18.05 aku sampai di depan rumah Febri. Pesta Valeria baru akan dimulai sejam
lagi. Sengaja kutemui Febri untuk mengajaknya berangkat bersama. Kali ini
kupastikan ia hadir setelah 3 kali melewatkan pesta teman sekelas.
“Yuk,
Feb!”ucapku ketika dia baru saja membuka pintu. “Malam ini ulang tahunnya
Valeria kan?”pancingku.
Febri
menghela napas panjang.“Aku nggak ikut!”
“Kenapa?
Aku ke sini mau ngajak kamu bareng!”desakku.
“Aku
nggak bisa, Rio!”tolak Febri, memalingkan muka.
“Kenapa?
Kamu nggak ada baju warna pink? Belum
nyiapin kado? Sudahlah...kita datang aja Valeria udah senang..”terangku.
“Pokonya
aku nggak datang!”seru Febri.
“Keterlaluan
ya! Percuma aku ke sini kalo kamu ngotot nggak datang! Nggak solid..”celaku.
Aku melangkah meninggalkan teras rumah Febri dan segera kunaiki motorku.
“Rio!”Febri
berlari mendekatiku.
“Maaf
Rio..”wajahnya sendu.”Bukannya aku egois, tapi aku beneran nggak bisa karena
aku nggak akan mampu bawa kado apapun di pesta semeriah itu...”
Hatiku
kelabu mendengar pengakuan itu. Kuamati dari ujung rambut hingga telapak kaki,
tak ada satupun darinya yang mencerminkan bahwa ia bermateri.
“...dan
aku iri sam mereka yang bisa merayakan ulang tahunnya!”ungkap Febri.
Aku
terdiam.
“Bukan
cuma sweet seventeen! Tapi tiap
tahun! Beruntung banget ya, mereka...”Febri tertawa kecil, sangat dipaksakan.
“Beda
banget sama cewek miskin yang ulang tahunnya 4 tahun sekali...dan belum tentu
dirayakan!”lanjutnya dengan pandangan kosong.
Aku
terkesiap. “Kamu...Feb..?”
“Iya!”Febri
mengangguk.”29 Februari! Tanggal yang unik, langka, dan...sial!”ucap Febri
tegas. Gadis itu masuk ke rumahnya, meninggalkan aku melongo di halaman. Lalu
kustarter motorku dan pulang. Kulupakan undangan Valeria.
***
Rabu,
29 Februari 2012
Bagus!
Untunglah aku tiba di sekolah lebih dulu daripada Febri, sehingga kotak kecil
biru muda itu bisa kuletakkan di lacinya, 5 menit sebelum ia datang. Di hari-hari
biasa Febri-lah yang datang lebih awal.
Sembunyi
di balik pintu kelas? Konyol sekali. Tapi begitulah memang. Kelas sepi. Kuintip
Febri ketika ia mulai masuk kelas, menuju bangkunya, lalu menengok laci. Ia
pungut kotak kecil itu. Dari raut mukanya tampak keraguan. Perlahan ia buka
ikatan pita biru. Senyum mengembang di bibir mungilnya. Dalam hati pasti ia
senang sekali melihat jepit rambut kupu-kupu silver dariku. Hatiku gerimis menyaksikan kebahagiaan Febri pagi
ini.
Komentar
Posting Komentar